Minggu, 12 Oktober 2008

PT Djarum Ancam Hengkang dari LSI

PT Djarum selaku sponsor utama Liga Super Indonesia (LSI) berniat hengkang dari sponsorship Badan Liga Indonesia (BLI) dua musim mendatang. Keputusan Djarum itu dilandasi karena kurang profesionalnya BLI dalam mengatur suatu kompetisi.

Senior Brand Manager PT Djarum Handoyo menuturkan, BLI harus mampu memenuhi indikator yang diajukan PT Djarum jika masih ingin pihaknya menjadi sponsor utama LSI. Menurut dia, ada beberapa indikator yang menjadi bahan pertimbangan Djarum untuk mengkaji ulang sponsorship-nya dua musim ke depan, yaitu jadwal kompetisi yang tetap, keamanan pertandingan, dan tingkat kerusuhan.

"Selama pelaksanaan Liga Indonesia sebelum berubah menjadi LSI pun, sejak awal kami melihat belum ada perkembangan yang signifikan. Memang dari segi pertandingan, kualitasnya meningkat, namun itu tidak diikuti sektor pendukung lainnya," tuturnya kepada wartawan seusai peluncuran SMS to LED Djarum, Kamis (9/10), di Jakarta.

Dikatakan Handoyo, sebenarnya jadwal yang yang tidak menentu dan tingginya kerusuhan yang kerap menelan korban sangat memengaruhi citra Djarum. Namun, selaku sponsor tunggal yang menyaksikan perjalanan Liga Indonesia sejak awal dimulai, PT Djarum masih belum bisa meninggalkan kompetisi ini. Djarum masih melihat ada beberapa aspek positif yang masih bisa menjadi bahan pertimbangan mengapa Djarum selama ini masih bertahan.

"Kami masih mempertimbangkan tingginya rating tayangan LSI di televisi, bahkan semakin tinggi di beberapa pertandingan tertentu. Lalu, jumlah penonton yang datang ke stadion juga semakin banyak. Ini memperlihatkan kompetisi di Indonesia masih ada harapan untuk bisa maju asal dikelola dengan baik, perlu disiplin. Kami inginnya, kompetisi di sini lahir menjadi suatu industri persepakbolaan seperti di Eropa," ungkapnya.

Handoyo mencontohkan, ada beberapa faktor yang harus menjadi perhatian. Misalnya, PSSI harus disiplin dalam mengikuti berbagai turnamen sepak bola internasional. Karena jika tidak, akan berimbas kepada kompetisi.

Imbas dari ketidakdisiplinan tersebut, kompetisi kerap terhenti di tengah jalan karena banyak klub yang ditinggalkan oleh para pemainnya untuk memperkuat skuad Merah Putih. "PSSI sering mendadak memberitahukan keikutsertaan turnamen di luar negeri. Padahal, turnamen itu sudah terjadwal setahun sebelumnya. Ini kan seperti tidak ada koordinasi, semrawut. Selain itu, PSSI masih kurang perhatian terhadap masalah infrastruktur di Indonesia," tutur Handoyo.

Kemudian terkait tingginya angka kerusuhan, Handoyo menegaskan bahwa itu bisa ditekan, jika saja BLI sejak awal melibatkan aparat keamanan menjelang pertandingan. Selama ini, BLI dan aparat keamanan dinilai tidak seiring dan sejalan. "Namun, bukan hanya BLI, saya juga berharap penonton maupun tim yang bertanding tidak mendahulukan emosi dan menyerahkan semua kepada mekanisme yang berlaku jika tidak puas terhadap hasil pertandingan," kata Handoyo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar